Terkait dengan pembahasan tawasul banyak orang-orang yang keliru dalam memahaminya. Menurut Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani untuk memahami tawasul harus kita pahami terlebih dahulu point-point terkait tawasul sebagaimana berikut:
- Tawasul adalah salah satu metode berdo’a dan salah satu pintu dari pintu-pintu untuk menghadap kepada Allah SWT. Objek yang dijadikan tawasul adalah berperan sebagai mediator untuk mendekatkan diri kepada Allah. Siapapun yang menyakini di luar ini berarti ia telah musyrik.
- Orang yang melakukan tawasul tidak bertawasul dengan mediator tersebut kecuali karena ia memang mencintainya dan meyakini bahwa Allah mencintainya. Namun jika ternyata penilaiannya keliru niscaya ia akan menjadi orang yang paling menjauhinya dan paling membencinya.
- Orang yang bertawasul jika ia meyakini bahwa media yang dijadikannya untuk bertawasul kepada Allah itu bisa memberi manfaat dan derita dengan sendirinya sebagaimana Allah atau tanpa seizinNya, niscaya ia masuk golongan orang musyrik.
- Tawasul bukanlah suatu keharusan dan terkabulnya do’a tidaklah ditentukan olehnya. Justru yang asli adalah berdo’a kepada Allah secara mutlak. Sebagaimana firman Allah yang artinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah, bahwasannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Q.S. Al-Baqarah: 186).
Dalam ayat lain juga disebutkan “Katakanlah dan serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama mana saja yang kamu seru, Dia memiliki Al-Asma Al-Husna dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dan shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu” (Q.S. Al-Israa: 110).
Dalil-dalil tawasul yang dipraktekkan kaum Muslimin yang artinya “wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah, dan carilah wasilah kepadaNya.
